by NNSatu lagi film yang diangkat dari novel yang telah menjadi best seller dan fenomenal dari Andrea Hirata, menggambarkan kehidupan pelik anak-anak miskin Beltung yang terus menggantungkan cita-citanya lewat pendidikan murah di sebuah SD Muhammadiyah Belitong, sekolah Islam pertama dan satu-satunya di salah satu kota terkaya di Indonesia.
Laskar Pelangi merupakan pencerminan sebuah perjuangan anak-anak miskin yang ingin tetap mewujudkan mimpinya menjadi nyata, bersama membangun image sekolah mereka kembali yang tidak pernah ada adik-adik kelas mereka sejak kesepuluh anak paling mengagumkan itu telah menyelamatkan sekolah tersebut yang terancam di tutup, Harun, seorang anak yang telah menjadi anak paling berjasa karena telah membuat sembilan anak lainnya tidak kecewa untuk kembali pulang dengan harapan yang kandas untuk sekolah.
Perjalanan guru-guru disini pun ditampakkan, bagaimana semuanya dilakukan dengan ikhlas dan penuh ketulusan, walaupun apa yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan yang merong-rong mereka, tujuan mereka hanya satu, "Membuat anak-anak miskinpun berhak untuk mendapatkan pendidikan", saya melihat bahwa kunci inilah yang coba di urai dengan kisah perjalanan yang membukau dan mengharukan, dan diselingi kisah cinta Ikal dengan A Ling yang disuguhkan dengan lucu, khas cinta monyet yang membuat kita tak henti berdecak kagum, bagaimana cerita begitu sederhana bisa membawa kita terbuai, larut kedalamnya.
Tak lupa ajaran-ajaran agama Islam yang disuguhkan terselip dalam beberapa adegan dengan implisit yang tertata dan bagus untuk disuguhkan sebagai film pelengkap liburan anak Anda semasa liburan lebaran ini. Anak-anak kita yang hidup di perkotaan, yang serba kecukupan, atau bahkan begitu menyepelekan arti pendidikan, perlu dijejali film ini, sebagai pendorong semangat bagaimana mereka harus terus menggantungkan cita-cita mereka setinggi langit dengan segala daya upaya untuk mewujudkannya.
Tapi terkadang apa yang kita lakukan tidak seperti kenyataan yang digariskan, Lintang salah satu anak paling cerdas diantara Laskar pelangi ini, harus meninggalkan bangku sekolahnya, setelah memenangkan Lomba Cerdas Cermat, karena ayahnya telah meninggal dunia, dan dia harus menggantikan posisi ayahnya untuk menghidupi adik-adiknya. Sebuah polemik yang kita tidak inginkan, setidaknya saya berharap Lintang bisa menjadi manusia berhasil dimasa datang, tapi dia memang telah berhasil, karena dia berhasil membuat Ikal bisa meraih cita-citanya atas dorongan Lintang, dan menularkan semangat belajarnya kepada anak perempuannya.
Memang semua orang tua tidak menginginkan anak-anak mereka hanya bisa seperti mereka, hidup dalam kesusahan, tidak berpendidikan, mereka berupaya untuk menjadikan anak-anaknya lebih baik dikemudian hari, tapi apa yang kita dapatkan kenyataan di kota-kota besar, mungkin hanya segelintir orang tua seperti itu, contohlah Jakarta, bagaimana exploitasi orang tua kepada anak-anak tampak semakin jelas dan semakin banyak, anak-anak dijadikan media pengganti orang tua untuk mencari nafkah.
Inilah Indonesia wahai saudaraku, film mungkin bisa saja membuat kita tercerai berai air mata, berdecak kagum, terharu, bahkan terpingkal oleh ulah anak-anak Laskar Pelangi dan perjuangan Bu Muslimah (Cut Mini), Pak Harfan (Ikranagara) yang memacu ardrenalin kita untuk membuat Indonesia lebih baik, tapi apa yang kita hadapi sekarang lebih pelik dari sebuah cerita yang membukau, perjuangan yang mengharu biru, warna hidup yang suram. Warna Indonesia sudah lebih parah dari itu, mungkin saya menyarankan film ini menjadi tontonan wajib para petinggi negara, ya kalau bisa NOBAR seluruh anggota MPR, DPR, mentri hingga Presiden, duduk bersama meresapinya, dan coba merefleksikannya dengan kenyataan Indonesia yang ada saat ini, sudah tercapaikan cita-cita UUD 1945 untuk mencerdaskan seluruh bangsa Indonesia, dan adakah perlindungan hak anak yang ada di Indonesia sudah sesuai dengan cita-cita negara kita, dari pada mereka sibuk memperkaya diri, menjejali mulut mereka dengan uang, membuat perut mereka semakin buncit dengan kandungan ulat haram yang siap meledak di hari pembalasan, atau sibuk dengan urusan politik yang berputar tak berujung.
Tapi dari semua film Indonesia yang diputar di bioskop-bioskop tahun ini, Laskar Pelangi merupakan film terbaik sepanjang tahun 2008, dan seharusnya film seperti inilah yang diangkat dan di tuangkan di big screen Indonesia, bukan cerita Urban dan Horror, bahkan percintaan dengan model yang sama. Dengan balutan budi pekerti, nilai-nilai agama yang bisa menjadikan masyarakat film lebih cerdas dari sekarang.